Problem Solving for Mexico Gulf Incident Last Year

Mengatasi Semburan Minyak di Teluk Meksiko

Pengeboran minyak di banyak negara belakangan ini mulai beralih ke kawasan lepas pantai. Eksplorasi di medan yang sulit ini memerlukan penanganan tersendiri. Begitu pula ketika terjadi semburan liar di lokasi pengeboran itu. Relief well dapat menjadi salah satu solusinya. 

Kasus ledakan atau blowout di sumur minyak yang mengakibatkan semburan minyak hingga menimbulkan pencemarannya di perairan terjadi beberapa kali di anjungan lepas pantai.

Salah satunya adalah ledakan sumur minyak Montara di Celah Timor, Australia, yang terjadi pada 21 Agustus 2009. Kasus ini menimbulkan pencemaran minyak di perairan Pulau Timor dan sekitarnya hingga menimbulkan kerugian Rp 247 miliar bagi pihak Indonesia.

Pada 22 April 2010 terjadi musibah serupa di anjungan pengeboran minyak di lepas pantai yang berjarak 67 kilometer dari Louisiana, Amerika Serikat. Anjungan ini dikelola perusahaan minyak British Petroleum (BP). Meledak dan tenggelamnya anjungan itu menyebabkan lebih dari seribu barrel minyak per hari mencemari laut.

Kebocoran minyak dari sumur itu juga telah mencemari lahan basah Lousiana sepanjang hampir 37 kilometer persegi yang menjadi habitat burung air dan satwa liar lainnya. Tim Kedaruratan kemudian dikerahkan untuk menyelamatkan ekologi di pantai itu.

Untuk itu armada kapal milik US Coast Guard dan BP menyapu konsentrasi tumpahan minyak masuk dalam lingkaran pelampung tahan api. Tumpahan ini kemudian dihela ke kawasan perairan yang terpencil untuk kemudian dibakar.

Beberapa upaya dilakukan untuk mengatasi pencemaran minyak, antara lain, dengan mengerahkan kapal selam robot untuk mengaktifkan unit pencegah ledakan di dekat mulut sumur dan membangun kubah raksasa penjebak minyak. BP mengoperasikan empat kapal selam robot untuk menyelam sekitar 1.500 meter ke dasar laut untuk menutup sumur. Namun, selama dua hari beroperasi, robot-robot ini gagal mengaktifkan katup raksasa seberat 450 ton yang disebut sebagai pencegah ledakan (blowout preventer) untuk menghentikan arus minyak.

Skenario berikutnya, para insinyur akan memasang kubah raksasa untuk memerangkap minyak yang bocor itu, untuk kemudian dipompa ke kapal tanker. Konstruksi ini diharapkan dapat meminimalkan tumpahan minyak dengan cara memerangkapnya dan menyalurkannya menggunakan saluran pipa yang terhubung ke kapal tanker.

Penggunaan alat ini diharapkan dapat mengurangi tumpahan minyak sampai 85 persen. Hingga kini, musibah ini menyebabkan lebih dari 15 juta liter minyak mentah tumpah di perairan Teluk Meksiko.

”Relief well”

Penggunaan kubah raksasa itu hanya sebatas mencegah meluaskan pencemaran minyak di perairan. Untuk menghentikan semburan minyak diperlukan teknik tersendiri, yang disebut relief well.
Menurut Bambang Wijanarko, General Manager Pertamina EP, relief well merupakan alternatif yang bisa diterapkan. Namun, sejauh ini belum ada kasus semburan minyak terjadi di anjungan lepas pantai di Indonesia.

Untuk menerapkan teknik relief well diperlukan pemasangan anjungan baru untuk melakukan pengeboran menyamping menuju sumur pada kedalaman tertentu. Dari lubang itu kemudian diinjeksikan fluida atau lumpur yang lebih berat gaya atau densitasnya daripada kekuatan sumber semburan. Langkah itu untuk mengerem laju aliran minyak.

Anjungan pengeboran Transocean di Teluk Meksiko telah disiagakan untuk pengeboran dua sumur relief yang bisa mengalihkan aliran minyak ke pipa baru dan kapal penyimpan minyak atau tanker. Namun, pemasangan sumur relief ini memakan waktu hingga tiga bulan. Dalam hal ini, pemasangan kubah merupakan solusi antara karena hanya memerlukan waktu 2-4 minggu untuk membangunnya.
Menurut pakar perminyakan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Rudi Rubiandini, pembangunan anjungan relief well di Indonesia selama ini bila sumurnya berada di darat diperlukan waktu sekitar 6 bulan di antaranya tiga bulan untuk pengeboran. Pengeboran relatif lama karena selain melewati zona lunak harus menembus ke zona keras.

Tahap pertama yang dilakukan sebelum membuat relief well adalah pemetaan bawah tanah menggunakan mikroseismik. Anggaran yang diperlukan untuk menghentikan semburan menggunakan relief well sekitar 70 juta dollar AS hingga 100 juta dollar AS untuk dua sumur.

”Teknologi relief ini sudah berkembang dan berhasil mematikan sumur blowout di seluruh dunia termasuk puluhan sumur yang pernah terjadi di Indonesia,” ujarnya. Tim dari Pertamina juga telah berpengalaman mematikan lebih dari 10 sumur yang pernah blowout di Indonesia, di antaranya kasus blowout sumur minyak di Subang tahun 1982.

Sementara itu, perusahaan minyak Perancis, Total, yang beroperasi di Indonesia juga menangani tenggelamnya satu platform di Kalimantan. ”Semua dapat tertangani menggunakan relief well,” ujar Rudi.

Oleh Yuni Ikawati


Previous
Next Post »